Saat Kaum Inlander Merayakan Kemerdekaan

Sumber: http://www.compusiciannews.com

Perjalanan Yogyakarta-Semarang, 17 Agustus 2016

Merdeka!!!
Itulah kata yg saat ini akan sangat viral. Namun apakah kita benar-benar sudah merdeka? 
Sebagian teman-teman yg mengatasnamakan aktifis banyak mempertanyakan hal itu. 

Kata merdeka selalu di identik kan dengan frasa dijajah. Karena merdeka adalah pemisah fase hidup terkungkung kekuatan asing dengan berdikari sendiri. 
Namun apakah penjajahan bisa berakhir?
Kata jajah yang berarti menguasai dan memerintah suatu negara nampaknya akan sangat sulit di eliminasi dari setiap denyut kehidupan kita. Karena kita hidup untuk di kuasai atau menguasai.
Harus realistis era industri seperti ini kalau tak jadi babu ya bos, kalau tak mau jadi babu ya buat usaha sendiri dan nanti akan bermunculan babu-babu lagi.
Dua ribu enam belas kita mendapati era pasar bebas Asean. Yang mana kita dapat dengan mudah keluar masuk dan menjual barang dagangan kita se-Asean. Artinya kita mengundang orang-orang asing untuk masuk ke negeri kita dan kita juga bisa dengan leluasa masuk ke negeri orang. 

Kalau yang di maksud merdeka adalah mengusir penjajah dengan metode kekerasan seperti dulu era 45, apakah mungkin kita bisa benar-benar tak terjajah lagi, padahal sistim pasar bebas memungkinkan kita untuk keluar masuk ke negara orang. Pilihannya hanyalah kita mau di jajah atau kita yang menjajah Asean. 

Pikiran kaum inlander yang di tanamkan Belanda nampaknya cukup masif mengkonstruk pikiran manusia Indonesia untuk selalu merasa di jajah dan di bawah. Padahal kita juga punya peluang yang sama besar untuk menjajah. 

Saat ini kalau kita hanya bertanya "apakah kita sudah merdeka?" Padahal sudah baca seluruh buku-buku perjuangan kemerdekaan 45, harusnya kita malu!. Terutama malu pada buku, kapan ilmu yg ada di buku perjuangan itu terinternalisasi di dalam diri kalau kita hanya bertanya. 
Soekarno dan kawan-kawannya saat ini di katakan pahlawan karena mereka dulu memperjuangan kemerdekaan, yang mereka lawan adalah penjajah yang ada wujudnya. Harusnya saat ilmu dari Soekarno dan kawan-kawannya itu sudah terinternalisasi kita akan sadar musuh kita saat ini bukanlah penjajah yang terlihat wujudnya. 

Nah sekarang yang perlu kita lakukan adalah terus berjuang, bersama-sama dengan segala lini di negeri ini. Pemimpinnya, rakyatnya, gurunya, pedagangnya, mahasiswanya.. semuanya.. perjuangan kita harus holistik dari atas sampai bawah, dari kanan sampai kiri, dari depan sampai belakang. Tepat seperti dulu!. 
Kalau dulu hanya Soekarno yang melawan dan rakyatnya hanya merengek dan melulu bertanya "kapan kita akan merdeka?" . Nampaknya kita juga akan ikut berjuang merebut kemerdekaan sampai saat ini. 

Yang akan menyerang kita saat ini banyak sekali, yang akan menjajah dan mengancam Indonesia banyak sekali. Budaya, pendidikan, politik, hukum, sosial dan seterusnya. Pilihannya adalah kita masih ingin di jajah dan bertanya, atau kita yang akan menjajah dunia? 
Mari berkarya dan menyedikitkan protes.

0 comments